MTPJ 21 s-d 27 Oktober 2018

0
1667
TEMA BULANAN : “Gereja di Era Digital”
TEMA MINGGUAN : “Bijak Menggunakan Teknologi”

Bacaan : Yesaya 28:23-29

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi  sangat memengaruhi manusia, termasuk media sosial. Tonny Schwartz menyebut media  sebagai the second god”(tuhan kedua). Media telah menjadi suatu kebutuhan pokok. Orang tidak dapat “hidup” tanpanya, seperti rasa takut kehilangan telepon genggam (nomophobia). Segala aktivitas dan kegiatan pun didukung oleh-nya. Di mana dan kapan saja kita dapat mengakses berita, mengup-date status, dan terhubung dengan siapa saja.

Bagaikan pedang bermata dua, media sosial memberi kon-tribusi positif dan negatif. Penggunaan secara positif akan mem-perluas pengetahuan, ketrampilan, komunikasi, memperlancar pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan hidup. Sebaliknya penyalahgunaannya dapat memicu konflik sosial, penyebaran berita bohong (hoax), doktrin radikalisme, pencemaran nama baik, ujaran kebencian, intoleransi, perusakan moral, penipuan, prostitusi online, phubbing (anti sosial) dan sebagainya.

Kehidupan keluarga juga dipengaruhi oleh interaksi media sosial ini. Komunikasi di antara anggota keluarga semakin renggang dan keakraban pun berkurang. Orang yang terdekat semakin jauh dan orang yang jauh semakin dekat. Kehidupan nyata (virtual) telah tergantikan oleh kehidupan semu (maya). Waktu untuk belajar, bekerja, beribadah tersita olehnya. Semakin “eksis” di dunia maya akan semakin “exit” di dunia nyata. Semakin bersosialisasi di dunia maya akan terisolasi di dunia nyata.

Gereja harus mengedukasi jemaatnya supaya bijak menggunakan teknologi. Sebagaimana perlakuan Allah bagi umat-Nya yang digambarkan seperti petani terhadap tanah dan tanamannya, maka analogi ini disesuaikan dengan penggunaan teknologi, khususnya media.

 PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kitab Yesaya dilatar belakangi kondisi sosial politik yang dihadapi umat Israel. Di satu sisi berada dalam kemakmuran yang memunculkan gejolak sosial, kemerosotan moral, kesenjangan antara si kaya dan miskin, pelecehan keadilan dan kebenaran. Di sisi lain munculnya Asyur sebagai Negara adikuasa yang mengadakan ekspansi (perluasan) kerajaan.

Di tengah krisis nasional ini,  nabi mengingatkan umat untuk bersandar kepada Tuhan dan jangan berharap pada negara-negara besar lainnya. Inti beritanya adalah kabar buruk tentang datangnya penghukuman dan kabar sukacita tentang keselamatan bagi umat Tuhan.

Yesaya 28 : 23-29 menyajikan secara unik dan menarik tentang kebijaksanaan Tuhan di dalam pemerintahan-Nya. Kebijaksanaan ini disampaikan dalam bentuk perumpamaan di bidang pertanian. Perumpamaan ini adalah suatu analogi (persamaan) yang meng-gambarkan tindakan Tuhan bagi umat-Nya. Ia memiliki rancangan yang terbaik dan waktu yang tepat untuk menolong umat-Nya. Demi mencapai tujuan maka cara-cara pelaksanaan pun berbeda-beda sesuai sifat masing-masing. Seperti cara petani membajak tanah, menanam, memelihara tanaman, menuai, menggirik dan menggiling hasil pertaniannya. Demikian pula perlakuan Tuhan bagi umat-Nya.

Pasanglah telinga, dengarkanlah suaraku, perhatikanlah dan dengarkanlah perkataanku merupakan kata-kata pembuka yang memiliki kesamaan arti. Terjadinya pengulangan kata merujuk pada  “urgensi” (hal yang sangat penting). Empat kata kerja ini berfungsi menekankan permohonan yang mengharuskan agar ucapan berikutnya diperhatikan. Umat Tuhan harus memusatkan perhatian kepada firman Tuhan agar dapat mengerti pekerjaan-Nya. Seorang petani tidak setiap hari membajak tanahnya. Ia melakukannya bila hendak menabur benih. Tanah yang keras dan kotor  perlu terlebih dahulu dibajak, dibersihkan, dicangkul dan disisir dengan rapi. Barulah ditaburi benih. Semua tindakan itu mempunyai waktu dan caranya sendiri. Cerdas dalam memilih waktu akan mendapatkan hasil panen yang berlimpah.

Demikianlah Tuhan dengan berbagai tindakan dan cara (penghukuman atau anugerah) mengerjakan hati manusia agar siap ditaburi firman-Nya. Bila seorang petani mengharapkan benih yang ditanam menjadi tanaman yang subur dan menghasilkan buah yang lebat. Maka  ranting tanaman perlu dibersihkan dan dipotong. Persesuaian makna ini, memperjelas bahwa hukuman dan janji berkat keselamatan bukanlah dua hal yang saling bertentangan.

Proses tanam dilakukan dengan cermat dan teratur. Petani dengan keahliannya melakukan tindakan dan cara-cara yang bervariasi.  Menyerakkan, menebarkan dan menaruh merujuk pola pekerjaan sesuai dengan jenis dan tempat setiap tanaman. Awalnya diserakkan jintan hitam, kemudian ditebarkan jintan putih, ditaruh gandum jawawut, jelai kehitam-hitaman dan terakhir sekoi. Sekoi ditanam dipinggir lahan. Jintan hitam dan putih adalah jenis tanaman yang harum baunya, keduanya merupakan bumbu khas untuk menambah rasa enak dan berkhasiat untuk menyembuhkan. Gandum (Ibr=dagan) adalah jenis rumput yang menghasilkan biji-bijian dan membuat roti lebih lezat. Karena pentingnya sebagai makanan maka gandum dijadikan lambang kebajikan dan pemeliharaan Allah. Jelai adalah jenis padi-padian yang merupakan makanan utama di Palestina. Ia dapat tumbuh di tanah yang kurang subur dan dapat dibuat makanan ternak dan bir. Masa panen jelai sebelum gandum. Sedangkan sekoi adalah semacam gandum yang agak kurang nilainya dan dipanen sesudah panen jelai.

Pola tanam ini merupakan warisan adat istiadat yang dipelajari sesuai dengan petunjuk Allah. Segala sesuatu direncanakan dengan matang. Tidak ada yang kebetulan, serampangan dan instan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dibutuhkan suatu proses. Perlakuan lima jenis tanaman ini di masa pengirikan dan penggilingan pun berbeda. Jintan hitam tidak diirik dengan eretan pengirik melainkan dipukul-pukul dengan galah (tongkat yang panjang yang terbuat dari bambu atau kayu). Jintan putih tidak digiling dengan roda gerobak, melainkan dengan tongkat (sepotong bambu/kayu). Gandum tidak boleh dipukul terus menerus sampai hancur. Alat-alat ini memainkan peranan penting. Untuk men-dapatkan manfaat yang maksimal, maka alat kerja yang tepat harus digunakan dengan cara yang tepat agar jintan atau gandum tidak hancur. Analoginya adalah ladang Tuhan terdiri dari beragam bangsa yang menambah keindahannya. Setiap bangsa diper-lakukan dengan cara yang berbeda. Tuhan mengaruniakan kese-lamatan bukan hanya untuk  umat Israel atau Yehuda, tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain. Ia tidak terus menerus menghukum atau “memukul”. Melainkan dengan berbagai cara yang ajaib meng-gunakan alat-alat yang tepat dan waktu yang tepat, Tuhan ber-tindak menyelamatkan umat ciptaan-Nya. Pujian atas keputusan dan kebijaksanaan Tuhan menjadi dasar bagi umat untuk percaya. Tuhan semesta alam tidak menghendaki umat-Nya binasa.

Makna dan Implikasi Firman

Semua ada waktunya: Perumpamaan ini menguatkan orang percaya untuk tidak pernah meragukan keputusan dan kebi-jaksanaan Tuhan. Tidak selama-lamanya, Ia menghukum. Waktu Tuhan selalu tepat dan tidak pernah terlambat untuk menolong umat-Nya.

Semua ada tempatnya: Ladang Tuhan terdiri dari beragam bangsa yang menggambarkan keindahan dan kepermaian. Setiap bangsa memiliki tempatnya yang tersendiri. Semua dikasihi dan diperhatikan-Nya.

Semua ada batasnya: Tuhan memperlakukan umat-Nya dengan istimewa. Berbagai cara dan alat/media digunakan-Nya. Di tangan Tuhan, alat berfungsi demi tujuan-Nya. Metode penggunaan alat memiliki batasan. Tidak terus-menerus, Ia menghukum.

Perumpamaan ini dapat juga dianalogikan dengan cara bijak menggunakan teknologi (khususnya media sosial). Teknologi adalah alat yang membantu manusia mencapai kesejahteraan hidup. Alat atau media akan berfungsi dengan baik jika digunakan dengan cara yang tepat. Jika alat ini difungsikan dengan cara yang salah maka yang terjadi adalah pengrusakan dan kehancuran.  Media adalah alat untuk membantu manusia, karena itu janganlah ia menguasai dan memperbudak kita. Penggunaannya harus tepat waktu, pada tempatnya dan memiliki batasan tertentu. Tanpa mempertimbangkan waktu, tempat dan batasan ini maka akan berakibat buruk.

Di era digital ini, orang dapat mengakses berita dan mengup-date status. Akibat demam digital ini maka medsos dijadikan tempat penghakiman atau kriminalisasi, tempat curhat di saat galau, upaya pencitraan agar dikenal dan dihargai dan sebagainya. Bijak menggunakan teknologi memberi ruang untuk dengan cermat menyaring apa yang akan dibagikannya. Saring dulu barulah sharing. Tapi juga memiliki kepekaan untuk menerima informasi. Mana yang bermanfaat dan mana yang tidak. Selayaknya postingan di media sosial menjadi sarana penginjilan untuk menyampaikan berita sukacita serta membangun kebersamaan sosial dalam menunjukkan penghargaan dan kepeduliaan sebagai umat ciptaan Tuhan.

Gereja melalui keluarga harus terus menerus mengajarkan kearifan hidup yang merupakan budaya bangsa,  agar anak-anak bangsa tidak tergerus oleh tantangan di era digital yang kian sekuler dan individualistik serta menguatnya paham primordial yang sempit. Perlu dibentuk suatu kelompok atau grup yang memfasilitasi generasi muda berkomunikasi intens sambil mewariskan adat istiadat atau budaya yang santun, ramah, gotong royong, suka bekerja keras dan menghargai keanekaragaman.

Krisis pangan yang mengglobal mengingatkan kita untuk pentingnya memfasilitasi petani dengan teknologi pertanian yang canggih. Penggunaan teknologi yang tepat untuk meningkatkan produktifitas menjadi kebutuhan di zaman “now”. Sudah saatnya peralatan tradisional diganti dengan fasilitas teknologi modern  yang memampukan para pekerja  di semua sektor kehidupan (pertanian, kesehatan, transportasi, peternakan dan lain-lain) untuk menjalan-kan pengabdiannya di semua lini kehidupan.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Mengapa perlakuan terhadap jenis tanaman berbeda satu dengan yang lain? Apakah artinya ini dalam memahami kebijaksanaan Tuhan?
  2. Jika dikaitkan dengan penggunaan alat atau media, bagaimana sikap orang percaya terhadap teknologi?

NAS PEMBIMBING: Amsal 2:11

 POKOK-POKOK DOA:

  • Rajin bekerja dan cerdas menggunakan teknologi
  • Gamer, phubber, facebooker
  • Peranan Orang tua.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK III

 NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Nyanyian Masuk: NKB No. 2 Hai Mari Sembah

Ses Nas Pembimbing: KJ No. 406 Ya Tuhan Bimbing Aku

Pengakuan Dosa & Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 9 Engkau Sabar Menanti

Berita Anugerah: NNBT No. 23 Mari Kau yang lelah

Ses Doa Pembacaan Alkitab: PKJ No. 15 Kusiapkan Hatiku Tuhan

Persembahan NKB No. 208 Tabur Waktu Pagi

Nyanyian Penutup NKB N0. 211 Pakailah Waktu Anug’rah Tuhanmu.

 ATRIBUT:

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.