RHK Jumat, 8 Maret 2013

Doa Dalam Pergumulan

Matius 26 : 37 – 39

Jika sebelumnya Petrus dan kedua anak Zebedeus menyaksikan kemuliaan Kristus (Matius 17), tapi sekarang mereka menyaksikan pergumulan-Nya. Ia merasa sedih karena bangsa-Nya sendiri menolak Dia dan juga karena kengerian kamatian untuk penebusan y ang akan dialami-Nya. Ungkapan Yesus mengenai hal ini digambarkan sangan manusiawi. Hatiku sangat sedeih seperti mau mati rasanya. Ia membutuhkan pertolongan Bapa tetapi juga dukungan doa dari murid-murid-Nya.

Ia sujud dan berdoa, bukan menurut keinginan hatinya tapi berdoa menurut kehenda Bapa. Janganlah seperti yang kukehendaki melaikan seperti yang Engkau kehendaki. Doa ini sangant menggugah hati, dimana Yesus menepatkan diri dalam posisi kita, yang tak mampu melepaskan diri dari beratnya tekanan pergululan. Dengan mempercayakan semuanya bukan pada kekuatan sendiri tetapi hanya kepada Allah Bapa yang Maha Pengasih.

Bila kita harus menghadapi pergumulan, ingatlah doa Yesus di taman Getsemani. Doa Yesus ini memberikan kekuatan dan semangat untuk kita sebagai keluarga Kristen. Yesus berdoa untuk kita, agar kita tetap mengaminkan ada kehendak Bapa dalam setiap pergumulan kita. Amin

Doa : Terima kasih Tuhan, hari ini Engkau memberikan penguatan bagi kami dalam menghadapi pergumulan hidup. Buatlah kami agar tidak mudah menyerah sebaliknya tetap teguh dalam iman. Amin

RHK Kamis, 7 Maret 2013

Yesuspun Berdoa

Matius 26 : 36

Sebuah syair lagu dalam NNBT Nomor 4, mangajak kita untuk menaikan doa kepada Allah…, Naikan doa pada Allah di tempat yang kudus….. Bagi orang percaya doa adalah berbicara dengan Allah. Allah adalah alamat untuk segala doa kita. Sperti sahabat yang baik Allah setia mendengar doa-doa kita. Maka dalam doa kita pun, Allah mau berbicara dengan kita. Karena itu doa merupakan bagian yang penting dalam kehidupan orangn percaya.

Di tamam Getsemani  Yesus berdoa. Getsemani  (artinya alat memeras minyak) adalah kebun Zaitun yang buahnya diperas untuk membuat minyak. Menurut certia bahwa pohon Zaitun di tempat di mana Yesus berdoa masi ada. Bahkan ada pohon tua yang berlubang, berbentuk hati yang digambarkan seperti  hati-Nya Yesus yang bergumul dan berdoa untuk umat-Nya.

Kalau Yesus pun berdoa, apalagi kita, sebagai keluarga Kristen tak boleh berhenti berdoa. Sebagai orang tua marilah kita memulaikan doa bersama keluarga. Dengan demikian kita telah membiasakan anak-anak kita untuk berkomunikasi dengan Allah. Amin

Doa : Hari ini Tuhan, kami keluarga … ( sebut nama keluarga) mau berdoa bersama. Kami ingin agar setiap anggota keluarga kami, dapat saling mendukung dan menopang di dalam doa. Karena itu Tuhan masing-masing kami akan berdoa..(doa pribadi/berantai). Inilah doa yang dipersembahkan di dalam nama Yesus. Amin

RHK Rabu 6 Maret 2013

Puasa Ester [Ester 4:15-17]

     Sungguhpun sulit kita harus berjuang keluar dari pergumulan. Bagaimana memulaikannya? Caranya adalah dengan menyusun strategi yang tepat. Untuk dioperasional-kan. Harus dilaksanakan, tidak ada waktu untuk menunggu apalagi menundanya. Kita tidak boleh membiarkan dipasung oleh ketidakberdayaan.

Belajarlah dari Ester, di saat-saat genting Ia, mengambil langkah yang tepat. Mengurai benang kasut pergumulan dengan doa-puasa. Selama tiga hari, ia memohon agar orang-orang Yahudi yang tinggal di Susan, turut serta menopangnya dengan berdoa-puasa. Tidak makan dan minum. Berpuasa bukanlah sekedar tidak makan dan minum, namun intinya adalah memohon pertolongan Tuhan, dengan merendahkan diri di hadapan-Nya. Bahwa dari Tuhanlah datang petolongan bagi umat yang akan binasa.

Keteguhan  hati mendasari sikap Ester ini, dari perempuan peragu dan penakut mengambil resiko, kini menjadi peremuan yang kokoh dan kuat. Tanpa bimbang, ia berkata dengan berani : … Kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati. Puasa Ester menggambarkan kepada kita bahwa tindakan besar dimulai dengan berdoa. Sebuah langkah kecil yang sederhana. Menyertakan Tuhan dalam tnggung jawab kita. Bagaikan anak kunci, membuka pintu ruang kasih yang besar dari Allah. Berpuasa adalah tanda kesediaan diri, untuk hanya berharap kepada Allah. Dengan mengetuk pintu belas kasih-Nya agar membuka pintu kemurahan-nya bagi umat yang akan binasa.

Sebagai keluarga Kristen yang tak luput dari berbagai persoalan dan tantangan, kitapun diajak untuk memohon pertolongan Tuhan dengan berdoa puasa. Kalau Ester melakukannya selama 3 hari maka Tuhan Yesus pernah berpuasa selama 40 hari.
Dengan berbuat demikian maka sebenarnya kita sementara memohon kiranya Tuhan menyatakan kemurahan dan kasih-Nya untuk menolong kita. Amin.

Doa: Ya Tuhan, mampukanlah keluarga kami untuk berdoa puasa, tidak hanya untuk menghadapi pergumulan kami sendiri tetapi juga untuk menopang orang lain. Amin.

RHK Selasa 5 Maret 2013

Berjuang Menghadapi Maut
Ester 4:5-14

     Menghadapi ancaman maut merupakan hal yang sangat menakutkan. Apalagi ancaman pembinasaan massal yang yang direncanakan secara matang oleh Haman. Mereka menim-bang sejumlah uang perak sebagai harga nyawa komunitas yahudi.

Untuk keluar dari persoalan itu, maka Mordekhai tidak tinggal diam. Ia mendesak Ester sebagai Ratu untuk menolong umat Yahudi yang akan dipunahkan. Sebagai bukti, ia memberikan salinan surat undang-undang yang menegaskan tentang hal itu.

Kendati seorang Ratu, Ester tidak dapat bertindak gegabah. Ia pun menghadap Raja tanpa panggilan. Menentang aturan resikonya adalah hukuman mati. Hanya orang yang diulurkan tongkat emas, maka mereka akan tetap hidup. Ester berhadapan dengan buah simalakama, dimakan mati dan tidak dimakan juga akan mati. Maut telah mengintai. Secara manusia tidak ada jalan keluar. Berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa pun beresiko. Apalagi berbuat sesuatu. Namun orang yang percaya tetap yakin akan datang pertolongan dan kelepasan dari Tuhan.

Jika keluarga kita diperhadapkan dengan kasus seperti yang dialami oleh Ester dan Mordekhai, maka mungkin kita juga akan mengalami bagaimana sulitnya mencari jalan keluar, jalan seolah buntu dan sulit mengambil keputusan yang tepat. Namun sesulit apapun persoalan itu bagaikan maut yng mengintai dan mengancam  kehidupan kita, maka janganlah kita membiarkan diri dikuasai oleh persoalan itu. Sebaliknya kitalah yang harus menguasai persoalan itu.  Mengapa demikian…? Jawabannya adalah bahwa kita mempuanya Allah yang sanggup menolong kita mengatasi persoalan itu. Keyakinan akan pertolongan Tuhan, mari mulai kita tumbuhkan sejak dini kepada anak-anak kita. Supaya anak-anak kita tetap teguh dan tidak mudah menyerah menghadapi tantangan hidup. Amin.

Doa: Ya Tuhan, tolonglah kami dalam menghadapi persoalan hidup yang sulit. Sebab hanya Engkaulah pertolongan yang kami butuhkan. Amin.

RHK Senin 4 Maret 2013

Perlukah Orang Berkabung?
Ester 4:1-4

     Berkabung adalah ungkapan penderitaan atas pergumulan sendiri atau komunitas tapi ada juga sebagai bentuk kepedulian terhadap penderitaan orang lain.

Bacaan ini menceritakan tentang Mordekhai. Ia mengena-kan kain kabung dan abu sebagai lapik tidurnya. Tanpa malu ia berjalan ke tengah kota sambil menjerit dan menangis mengungkapkan kepedihan hatinya atas maut yang akan menimpa bangsanya. Tidak hanya Mordekhai, seluruh umat Israelpun berpuasa sambil meratap. Sebab tak seorangpun dapat membatalkan titah dan undang-undang Raja, selain doa kepada Tuhan Allah.

Kerisauan menimpa Ester. Ia begitu peduli dan ingin mengetahui lebih jelas persoalan itu. Ia member-kan pakaian kepada Mordekhai, untuk menanggalkan kain kabungnya. Pada waktu itu orang tidak bisa masuk ke istana kalau mengenakan kain kabung. Upayanya mendapat pe-nolakan. Menurutnya, persoalan ini sangat serius, makanya ia mendesak Ester agar tidak tinggal diam, tapi bersegera mencari pertolongan.

Tak mudah memang mengatasi penderitaan dan per-gumulan hidup, apalagi menghadapi maut. Cara yang tepat menghadapinya adalah berkabung yaitu dengan memohon beas kasihan Tuhan atas perlakuan diskriminatif bagi orang Yahudi yang terancam dibunuh secara masal.

Dimana-mana masih kita jumpai bentuk-bentuk tinadkan diskriminatif terhadap orang lain, baik pribadi maupun kelompok. Seseorang atau sekelompok orang sengaja disisihkan dan diabaikan oleh karena suku, agama, partai, dan sebagainya. Sayangnya upaya untuk keluar dari tekanan tersebut diakukan dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri.

Jika keluarga kita menghadapi pergumulan, seharusnya kita berlaku seperti umat Yahudi. Mereka memohon kepada Tuhan dengan berkabung dan berpuasa. Kita perlu men-jadikan keluarga kita menjadi tempat pertama seseorang untuk dikasihi, diperhatikan dan dipedulikan tapi juga sebagai tempat untuk bergumul bersama. Amin.

Doa: Ya Tuhan, tolonglah kami, agar dapat mewujudkan tekad untuk menopang pergumulan orang lain, sekalipun harus berpuasa dan berkabung. Amin.

MTPJ 3-9 Maret 2013

TEMA BULANAN  : “Penderitaan sebagai bagian dari proses realisasi iman”
TEMA MINGGUAN  : “Doa sebagai kekuatan orang pecaya dalam menghadapi tekanan sosial”
Bahan Alkitab : Ester 4 : 1-17; Matius 26 : 36-46

Alasan Pemilihan Tema
     
Hidup di bawah tekanan sangat tidak menyenangkan. Siapapun dai maka ia akan berusaha sedapat mungkin keluar dari tekanan itu. Namun sebagai manusia, sering kita tidak berdaya menghadapi beratnya tekanan hidup itu, jika kita hanya mengandalkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri. Banyak yang menyerah karena tidak mampu, dengan menyembunyikan diri atau lebih memilih untuk bertahan tanpa berbuat apa-apa. Karena itu kita perlu berdoa.
     Bagi orang percaya, doa meruoakan kekuatan dalam mengadapi berbagai tekanan hidup termasuk tekanan sosial atau tekanan eksternal (dari luar) yang mempengaruhi hidup kita. Jadi, dengan tema Doa adalah kekuatan orang percaya dalam menghadapi tekanan sosial maka penulis bermaksud untuk memberikan dorongan dan topangan bagi jemaat. Sebagai upaya memotivasi dan mencerahkan jemaat untuk tetap eksis dalam kehidupan.

Pembahasan Tematis
§ Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

    Ester 4 : 1-17, menceritakan perjuangan seorang perempuan yang bernama Ester. Ia berjuang bersama saudara-saudara sebangsanya agar terhindar dari pemusnahan masal yang direncanakan oleh Haman. Alasannya sebetulnya “sepele”, yaitu ia tidak menerima perlakuan Mordekhai yang tidak berlutut dan sujud kepadanya. Mordekhai dianggapnya tidak menghargai dan menghormatinya sebagai orang kedua di dalam pemerintahan raja Persia. Ketidakmampuannya “membenahi” perasaannya ini dalam hal amarah dan kebencian membuat ia merasa terlaluhina untuk hanya membunuh Mordekhai saja. Ia merencanakan memunahkan semua orang Yahudi, yang ada di dalam kerajaan Persia. Niat ini dilegalkan melalui perundangan. Melalui materai sang Raja, diumumkanlah titah dan undang-undang : pembunuhan masal orang Yahudi. Dengan harga sepuluh ribu talenta perak. Ancaman maut ini menyebabkan terjadinya perkabungan, jeritan, tangisan dan puasa semua orang Yahudi. Siapa yang dapat membebaskan mereka dari kematian yang mengerikan ini ?

Berita ini, merisaukan hati Ester Sang Ratu, Persia. Apa yang dapat dilakukannya? Mengandalkan kecantikan dan kepandaian yang istimewa sebagai Ratu, bukanlah solusi yang terbaik. Yang ia andalkan adalah kekuatan dan keyakinan yaitu doa dan puasa. Memohon pertolongan Tuhan dengan berkabung dan meratap selama tiga hari tanpa makan dan minum bersama dengan seluruh komunitas Yahudi. Itulah langkah awal yang tepat dan jitu. Sehingga usaha selanjutnya dilihat sebagai pertolongan Tuhan dan bukan strategi manusia semata.

Ketika Ester memohon karunia dan belas kasihan Raja untuk bangsanya maka permohonan dikabulkan. Di sini, doa dan puasa memberi kekuatan dalam menghadapi berbagi bentuk tekanan sosial termasuk intervensi dan tekanan yang mematikan secara fisik maupun karakter. Namun bukan isi doanya (kata-kata) atau tindakannya (cara/puasa) tapi Allah yang berbelas kasihan dan berkemurahan yang mendengar doa.

Topangan doa dari komunitas Yahudi telah memberikan Ester kekuatan dan kebeanian untuk mangahadap raja sekalipun melanggar undang-undang yang berlaku waktu itu, termasuk mengantisipasi resiko yang bakal dihadapinya… kalau terpaksa aku mati biarlah aku mati.

Matius 26 : 36-46, inti cerita ini, melukiskan kesungguhaYesus dalam berdoa di taman Getsemani (artinya alat memeras minyak). Ia mengungkapkan perasaan-Nya yang terdalam kepada murid-murid-Nya, “…hatiKu sangat sedih seperti mau mati rasanya”. Di sini, Ia menempatkan dirinya sangat manusiawi, yang tertekan oleh kegalauan hati. Ia merasa sedih atas penolakan bangsanya dan kengerian dari kematian untuk penebusan yang akan dialaminya. Desakan dosa dan belas kasih-Nya membuat Yesus tidak hanya mengalami tekanan psikis dan sosial tapi merupakan suatu tekanan yang multikompleks, atas keberdosan manusia, persekongkolan politik, sosial dan agama. Diperhadapkan dengan Kasih Allah untuk menyelamatkan manusia. Jadi Yesus terkurung dan terhimpit oleh derasnya tekanan.

Berdoa kepada Bapa, dengan doa yang sama berulang kali, mendandakan bahwa Yesus memohon kekuatan dan pertolongan Allah. Sebab Ia bergumul sendiri dan sepertinya ditinggal sendiri oleh sahabat-sahabat-Nya dan juga oleh Allah. Curahan hati yang terdalam ini disampaikan-Nya di kayu salib, Elli,Eli Lama Sabakhtani, artinya Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ? (Mat 27 : 46)

§ Makna dan Implikasi Firman

   Ester meneladankan cara yang terbaik untuk menghadapi tekanan sosial yaitu berdoa-puasa. Berdoa-puasa adalah strategi ang paling baik menghadapi beratnya tekanan. Dengan merendahkan diri serendah-rendahnya bagaikan tidur di atas debu/abu maka kita mempercayakan pergumulan yang dihadapi kepada Tuhan. Doa yang disampaikan dari kesungguhan hati bagaikan anak kunci untuk membuka pintu belas kasih dan kemurahan Tuhan. Allah bekerja dengan kuasa-Nya melalui permohonan doa kita. Muslihat dan recana jahat dapat digagalkan oleh kebaikan Allah atas doa yang disampaikan kepada-Nya.

Ketika Tuhan Yesus menghadapi tekanan hidup yang sangat kompleks, Ia tidak sedikitpun menyerah atau dikalahkan olehnya. Ia mengatasinya dengan cara menyiapkan waktu untuk berdoa di taman Getsemani. Doa di taman Getsemani bagaikan perjuangan hidup dan mati. Di mana Ia harus memilih menghadapi semua persoalan yang menekannya dalam ketaatan kepasa kehendak Bapa, dengan cara memberi diri menghadapi maut. Yesus bisa saja meminta agar cawan penderitaan tidak diminum-Nya, namun Ia ternyata lebih memilih kehendak Bapa yang mengutus-Nya, yaitu menderita dan mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia.

Yesus memberi contoh yang terbaik untuk berdoa. Tidak hanya sekali tetapi tiga kali dengan permintaan yang sama. Dengan berdoa, Yesus mendapatkan kekuatan yang baru untuk menghadapi kematian-Nya. Doa memberikan kita kekuatan untuk mentaati kehendak Bapa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan dan tidak menyerah oleh pengaruh kedagingan. Keinginan daging, menunjukan sifat manusia semata, sifat duniawi manusia terpisah dari pengaruh ilahi, dank arena itu rentan terhadap dosa dan menentang Allah.

Jika Ester berdoa agar bangsa Yahudi diluputkan dari pembantaian masal oleh tekanan sosial dan politik waktu itu maka sebaliknya Yesus berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi kematian-Nya. Menghadapi tekanan karena konspirasi politik, sosial, agama yang adalah bentuk keberdosaan manusia.

Hal yang ironis sering terjadi dalam kehidupan kita bahwa adakalanya kita lebih suka hidup berada dalam tekanan asalkan tidak kehilangan jabatan dan kekuasaan. Kita rela menjadi mesin ATM atau sapi perah orang lain. Sebaliknya, ada juga orang yang karena pendidikan, pengetahuan dan ketrampilannya yang tidak memadai, selalu berada dalam tekanan sehingga tak mampu berbut apa-apa karena daya saing lemah. Tapi ada juga karena agamanya atau suku/keturunannya, sepertinya terpasung, tidak berdaya dan tidak diberi ruang dan peran, walaupun sangat profesional di bidangnya. Mereka tidak diberi ruang dan kesempatan memaksimalkan potensinya karena factor-faktor seperti ini. Menghadapi berbagai tekanan ini, Firman Tuhan mengajarkan bahwa kita tidak boleh lari dari persoalan melainkan kita harus berjuang menghadapinya. Cara yang tepat adalah berdoa. Karena itu marilah kita membangun komunikasi yang akrab dengan Tuhan melalui doa di sepanjang hidup kita baik berada dalam tekanan maupun dalam berjuang untuk hidup.


Pertanyaan Diskusi

  1. Ceritakanlah kembali dengan kalimat sederhana sesuai bacaan Alkitab ini, cara menghadapi tekanan hidup.
  2. Bagaimana seharusnya tindakan kita menghadapi berbagai bentuk tantangan dalam dunia kerja, keluarga, pelayanan jemaat dan kehidupan bermasyarakat ?


Nas Pembimbing: Roma 12 : 12

Pokok-pokok Doa
(1) Bagi mereka yang mengalami penderitaan dan ketidakadilan karena tekanan sosial.
(2) 
Orang Percaya agar berdoa-puasa dan berjaga-jaga supaya tidak jatuh dalam pencobaan.
(3) 
Para pemimpin agar diberikan hikmat untuk bertindak adil, jujur dan benar.
(4) 
Sistem perundang-undangan yang tidak berpihak pada kebenaran.
(5) 
Agar Indonesia menjadi rumah yang aman bagi seluruh lapisan masyarakat.

Tata Ibadah yang Diusulkan: Hari Minggu Sengsara III

Nyanyian yang Diusulkan:
Persiapan: NKB No.83:1,4
Sesudah Nas Pembimbing: NNBT No.4
Pengakuan Dosa : NNBT No.10:1
Berita Anugerah Allah: NNBT No.17:3
Ajakan Mengikuti Yesus: KJ No.375
Sesudah Pembacaan Alkitab : KJ No.460
Persembahan: NNBT No.32
Penutup: KJ No.436

Aribut yang Digunakan :
Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pembasuhan, salib dan mahkota duri.

RHK Sabtu, 2 Maret 2013

Penganiayaan

Kisah Para Rasul 8 : 1 – 3

Upaya penginjilan terkadang mengalami penghambatan oleh pihak tertentu, terutama oleh yang memusuhinya. Di Indonesia khususnya di beberapa tempat jangankan bicara expansi penginjilan, dalam melaksanakan ibasah di gedung gereja dan di rumah-rumah anggota jemaat pun di hambat. Apalagi kalau akan melaksanakan KKR atau KPI di ruang terbuka. Hal sperti ini ternyata bukanlah sesuatu yang baru karena suda terjadi dan dirasakan sejak jemaat atau gereja mula-mula. Penginjilan mengalami penghambatan ang luar biasa, bahkan disertai dengan penganiyayaan yang hebat dan Saulus yang kemudian hari bertobat pun sangat setuju dengan penganiayaan dan

pembinasaan jemaat Kristen atau para pengikut Yesus Kristus bahkan Saulus sendiri berusaha untuk memasuki rumah demi rumah dan menyeret baik laki-laki maupun perempuan serta memasukkan mereka ke dalam penjara.

Saudara yang terkadih dalam Yesus Kristus, dalam injil Matius 16:24 Tuhan Yesus berkata: setiap orang yang mau mengikut aku dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Dan Matius 24:9 Tuhan Yesus berkata : pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya kamu disiksa dan kamu akan di bunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku.

Jadi ketaatan dan kesetiaan kita dalam mengikut Yesus akan di sertai dengan berbagai tantangan namu yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita, kekuatan pasti akan diberikan kepada kita asalkan kita tetap menaruh harap hanya pada-Nya dan percayalah bahwa Tuhan kita Yesus Kristus akan datang kedua kalinya dalam kemulianan dan akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (Matius 16:27). Amin

Doa : Tuhan Yesus kami bersyukur karena Engaku selalu member kekuatan sehingga kami mampu menghadapi dan melewati semua persoalan dan tantangan dalam hidup ini. Amin

RHK Jumat, 1 Maret 2013

Martir

Kisah Para Rasul 7 : 58 – 60

Kata martir tidak lagi asing di telinga kita. Martir berkaitan erat dengan kata Martus (yunani) yang berarti: orang yang memberikan kesaksian secara baik dan benar berdasarkan apa yang dia lihat dan yang ia dengar, bahkan yang ia percayai. Sedangkan Martir berarti : Orang yang rela mati demi mempertahankan keyakinan imannya, dalam hal ini keyakinan iman kepada Yesus. Pengikut Yesus yang pertama-tama menjadi martir adalah Stefanus. Ia mati dalam memperthankan imannya kepada Yesus. Kematian-nya sangat tragis, yakni mati dengan cara dirajam, atau dilempari dengan batu. Ketika ia dilempari dengan batu, ia justru berdoa, memohon supaya Tuhan Yesus menerima rohnya dan memohon supaya tidak menanggungkan dosa kepada mereka (orang-orang yang melemparinya). Kendati Stefanus mati dilempari dengan batu, menjadi Martir, bukan berarti bahwa

upaya pemberitaan Injil telah usai. Justru dengan kematiannya, Injil semakin tersebar. Karena itu benarlah ungkapan : Darah para martir telah menjadi benih-benih pertumbuhan gereja. Demikian juga dengan ungkapan : Semakin gereja dihambat, justru semakin merambat.

Sebagai keluarga Kristen, marilah kita memiliki sikap yang berani membertahankan iman Kristen dengan segala resikonya, walaupun kita tidak harus bertindak secara ceroboh. Belajar dari Stefanus, marilah kita mempertahankan iman percaya kepada Yesus, sampai akhir hidup kita. Amin

Doa: Tolonglah kami ya Tuhan, untuk tetap setia kepada-Mu sampai akhir kehidupan kami. Amin

RHK Kamis, 28 Februari 2013

Tidak Takut Gertakan Gigi

Kisah Para Rasul 7 : 54 – 57

Upaya pemberitaan Injil tidaklah berlangsung dengan mulus, tetapi diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Hai itu terjadi dalam perjalanan sejarah gereja, mulai dari gereja mula-mula, dan juga sampai sekarang. Ketika Stefanus member kesaksian tentang Yesus sebagai orang yang benar, maka ia mendapat perlawanan dari orang-orang Yahudi, terutama para Mahkamah Agama. Mereka menyambut dia dengan “Gertakan Gigi”, artinya bahwa mereka mengancam dia. Gertakan gigi dari Mahkamah Agama tidaklah mendatangkan ketakutan bagi Stefanus, tetapi dia yang penuh dengan Roh Kudus, justru melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah, lalu memberi kesaksian: Sungguh aku melihat langit terbuka dan Anak manusia berdiri di sebelah kanan Allah. Kesaksiannya itu mendatangkan amarah bagi banyak orang, tetapi dia tidak takut.

Sebagai keluarga Kristen kita diingatkan bahwa upaya pemberitaan Injill haruslah dilanjut-lanjutkan. Kita tidak perlu takut dengan segala bentuk ancaman yang datang. Belajar dari Stefanus, kita harus memiliki keberanian bersaksi dengan mengandalkan kuasa Roh Kudus. Dengan adanya kuasa Roh Kudus kita diberikan kemampuan untuk bersaksi dan melihat kemuliaan Allah. Amin

Doa : Ya Bapa, anugerahkanlah Roh Kudus-Mu bagi kami, sehingga kami tidak takut untuk bersaksi di manapun kami berada demi kemuliaan nama-Mu. Amin

RHK Rabu, 27 Febuari 2013

Berserah Pada Tuhan

Mazmur 69 : 14 – 19

Celaan dan cemoohan terhadap diri kita yang setia pada Tuhan, terkadang melemahkan dan melulukan semangat kita untuk terus berjuang. Namau bagi pemazmur justu celaan dan cemoohan itu telah memperkuat  keter-gantungannya pada Tuhan Allah. Ketangguhan imannya sungguh tak tergoyahkan. Keluahan, jeritan, teriakan telah berubah menjadi sebuah doa. Justru semakin dicemooh ia semakin dekat kepada Tuhan.

Kita menyadari  bahwa selama kita masih hidup, kita tentu tidak luput dari berbagai pergumulan.

Dalam realita, terkadang ada yang ketika persoalan bukan menghadapai dan mengatasinya tapi justru melarikan diri atau menghindar dari persoalan tersebut. Sebab itu mari kita belajar dari sikap pemazmur dalam menghadapi dan mengatasi masalahnya. Di tengah pergumulannya justru ia lebih dekat dan berserah pada Tuhan. Ia memahami bahwa tidak ada kekuatan lain yang dapat menolong dia selain dari pada Tuhan sebab kasih Tuhan sungguh amat baik.

Sebagai keluarga Kristen, kita diingatkan untuk semakin berserah kepada Tuhan dalam segala situasi. Bahwasanya setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya jika kita sungguh-sungguh mempertarukan hidup kita hanya di dalam tangan pengasihan-Nya. Amin

Doa : Ya Bapa, tolonglah kami untuk dapat mengatasi berbagai kesesakan dalam hidup ini hanya dengan mengandalkan kuasa-Mu. Amin