Himbauan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020

Salam sejahtera,

Dalam rangka menopang program Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Kepolisian Daerah
Sulawesi Utara dan KODAM XIII/Merdeka untuk pelaksanaan Ibadah – Ibadah
sehubungan dengan Perayaan Natal Yesus Kristus tahun 2019 dan Tahun Baru 2020
maka disampaikan beberapa himbauan, sebagai berikut :

  1. Kepada seluruh pelayan khusus dan anggota jemaat agar menghindari untuk
    membawa tas yang berukuran besar saat beribadah ke Gereja.
  2. Lokasi sekitar Gedung Gereja akan disterilkan dari penumpukan kendaraan
    roda dua dan roda empat.
  3. BPMJ, Pelayan Khusus dan Panji Yosua agar bekerja sama dengan Aparat
    Kepolisian untuk menjaga keamanan selama pelaksanaan Ibadah di Gedung
    Gereja.
  4. Dalam perayaan ini agar tidak menyediakan dan atau mengonsumsi minuman
    keras (miras)

Harapan dan doa kita bersama kiranya perayaan – perayaan ini dapat berlangsung dengan
aman, tentram dan membawa berkat serta damai sejahtera bagi kita sekalian. Untuk itu,
dengan penuh syukur dan sukacita, Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di
Minahasa (BPMS-GMIM) menyampaikan
“Selamat Hari Natal Yesus Kristus” 25
Desember 2019 dan
“Selamat Tahun Baru” tahun 2020.

Demikian himbauan ini, atas perhatian dan kerjasama yang baik disampaikan terima kasih.
Tuhan Yesus memberkati.

Download PDF

Update MTPJ & RHK

Informasi sejak bulan September 2019 untuk penerbitan MTPJ & RHK pindah ke website www.dodokugmim.com dan untuk penguna Android download di Playstore DODOKU GMIM.

Majalah Dodoku GMIM online
www.dodokugmim.com

Aplikasi Android DODOKU GMIM

 

 

MTPJ 29 Sept – 5 Okt 2019

TEMA BULANAN : “Peran Gereja dalam Menghadirkan Tanda-tanda Kerajaan Allah
TEMA MINGGUAN : Menabur Damai Sejahtera, Menuai Berkat

BACAAN ALKITAB: Zakharia 8:1-19

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Keadaan damai adalah karunia Allah, di mana tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, aman, tenteram, dan tenang. Sedangkan sejahtera adalah suasana aman sentosa dan makmur, selamat terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran. Keadaan ini menjadi harapan setiap insan ciptaan TUHAN, sekalipun berbeda suku, agama, etnis, bahasa, dalam Negera Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Perjanjian Baru keadaan damai tidak hanya berarti, hubungan rukun antar bangsa ( bnd. Lukas. 14:32)  tapi suara keadaan yang harus ada dalam jemaat (bnd. Roma 14:9)  dan juga dalam hubungan dengan orang yang berada di luar jemaat (Ibrani 12:4). Jadi warga gereja terpanggil untuk menghadirkan damai sejahtera dalam jemaat dan masyarakat. Karena itu berdasarkan Zakharia 8:1-19 telah dipilih tema minggu ini : Menabur Damai Sejahtera, Menuai Berkat.

 

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Zakharia bin Berekhnya bin Ido (Za. 1:7), seorang imam yang bersama-sama Zerubabel bin Sealtiel pulang dari pembuangan di Babel. Ia memimpin pembangunan kembali kota Yerusalem dan Bait Allah  yang dihancurkan oleh Babel tahun 580 SM. Pembangunan dimulai tahun 538 SM, sempat terhenti tapi dilanjutkan tahun 520. Saat itu Zakharia bersama dengan Hagai memotivasi dan mendesak pemimpin dan sisa bangsa Yehuda untuk menyelesaikannya. Motivasi untuk menyelesaikan pembangunan bukan berita utama dalam Zakharia 8, tapi yang terutama adalah keadaan damai sejahtera yang diterima bangsa itu. Bahkan di dalam menerimanya, ada panggilan kudus yang harus dilakukan bangsa itu.

Bagaimana keadaan damai sejahtera itu? Keadaan itu dimulai ketika “Tuhan kembali” ke Sion dan “diam” di tengah-tengah Yerusalem. Kehadiran Tuhan di Sion dan Yerusalem menjadi jaminan pasti hadirnya damai sejahtera yang sangat lama dirindukan. Yehuda menyadari, tatkala Tuhan meninggalkan tempat-tempat itu, semua harapan kandas, mereka menjadi tawanan di pembuangan, bahkan Yerusalem sebagai kota kudus, dihancurkan musuh menjadi puing-puing, namun Zakharia menyampaikan, sebagaimana disebutkan dalam ayat 2, bahwa ketika Tuhan kembali ke Sion maka Yerusalem akan disebut “Kota Setia”  dan gunung Sion dikatakan “Gunung Kudus”.  Sebutan ini menunjuk pada keadaan damai sejehatera di mana Tuhan datang mencurahkan berkat-berkat-Nya. Gambaran hadirnya damai sejahtera itu : (1)  keamanan penduduk terjamin di mana “kakek-kakek” dan “nenek-nenek”  duduk di jalan-jalan Yerusalem sambil memegang tongkat,  serta anak-anak bermain-main dengan aman di situ, (2) kehidupan ekonomi sejahtera : pohon anggur akan memberi buahnya dan tanah akan memberi hasilnya dan langit akan memberi air embunnya. Keadaan ini akan disebut orang sebagai “hal ajaib”, orang menjadi takjub dan heran. Tetapi di hadapan Tuhan keadaan ini adalah hal yang biasa jika Tuhan melakukannya. Zakharia menyampaikan bahwa keadaan damai sejahtera yang penuh dengan hal-hal ajaib yang diterima dan disaksikan mereka, semuanya itu ada maksud dan tujuan dari Tuhan.  Mereka tidak akan menjadi kutuk, tapi diubahklan Tuhan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.  Untuk melakukan tugas menjadi berkat, mereka tidak perlu “menjadi takut” (ayat 13 dan 15)  kepada bangsa-bangsa di sekitar mereka, terutama kepada Babel yang pernah menghancurkan mereka. Seruan Zakharia ini berhubungan dengan suasana politik pasca pembuangan di mana kekuatan Babel  mulai pudar, bahkan kekuatan baru yang muncul justru telah dipakai TUHAN untuk mendorong kembalinya  Israel dari tanah pembuangan.

Bagaimanakah tugas untuk menjadi berkat ? Berkatalah benar seorang kepada yang lain (ayat 16a), laksanakanlah hukum yang mendatangkan damai (ayat 16b), janganlah merancang kejahatan  di dalam hatimu (ayat 17a), jangankah bersumpah palsu (ayat 17b)

Tindakan-tindakan yang menyenangkan TUHAN menjadikan orang yang menerimanya juga mendapat berkat-berkat dari Tuhan. Dan larangan yang bersumber dari sikap hati, jika larangan ini diikuti bukan saja mendatangkan ketenangan bagi yang bersangkutan tapi memberi berkat bagi orang lain.

Makna dan Implikasi Firman

Kebaikan Tuhan bagi umat-Nya, berlangsung dari masa ke masa. Tuhan membuat Israel dipulihkan, sehingga keselamatan bagi orang percaya berlangsung sampai kedatangan-Nya kembali. Banyak peristiwa alam yang sudah terjadi di negeri ini, telah membawa kita semua dalam pergumulan. Tetapi tindakan kasih Tuhan nyata melalui semua pihak yang menolong termasuk peran gereja dalam menebar kasih, damai dan ketenteraman yang telah dirasakan setiap orang, tanpa dibatasi perbedaan. Kasih menembusi setiap perbedaan dan menjadi perekat yang ampuh bagi bangsa dan negara Indonesia.

Dalam kehidupan berjemaat, semua terpanggil membangun Bait Allah, baik secara fisik maupun rohani. Secara fisik adalah bangunan gedungnya, tapi secara rohani yaitu pembangunan umat yang harus mengalami revolusi mental, dengan rajin berdoa dan beribadah, melakukan puasa, berani merubah pola pikir dan karakter yang tidak benar menjadi karakter Kristus yang penuh damai. Matius 5:9  berkata: “ Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. Orang yang membawa damai membenci kejahatan serta menghindari karakter yang dibenci Allah, seperti: berbohong dan menyebarkan berita palsu (Hoax), bersaksi dusta, bertindak tidak adil, melakukan hukum yang tidak benar (suka suap).

Revolusi mental adalah tindakan gereja dalam perannya menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah, antara lain: Orang mau menciptakan damai, diwujudkan dalam berdamai dengan Allah, diri, sesama dan lingkungan di mana ia hadir dan berkarya. Siapa yang menabur angin, menuai badai. Siapa menabur kebencian, menuai bencana (malapetaka) dan siapa menabur damai sejahtera, menuai berkat dan sukacita.

Janji pemulihan telah di alami umat dalam diri Yesus Kristus yang telah datang mengerjakan karya keselamatan untuk menebus umat-Nya dan memberi damai sejahtera dan sukacita. Respon kita mengisi pemulihan dari Allah harus melalui berbagai karya nyata untuk mewujudkan kehidupan damai dan harmoni. 

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa janji Allah dan apa yang harus dibuat Yehuda yang terbuang menurut Zakharia 8:1-19?
  2. Bagaimana peran gereja dalam merespon pemulihan Allah di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara?

NAS PEMBIMBING : 1 Petrus 2:10

POKOK – POKOK  DOA :

  • Usaha pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat.
  • Program pelayanan gereja di semua aras

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK V

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Mari Menghadap Hadirat-Nya: Kumasuk Ruang Maha Kudus

Bersekutu Dalam Nama-Nya : KJ.No.2 Suci,Suci,Suci

Ungkapan Sembah:NNBT No.17 Ya Tuhan, Tuhan Kami

Persekutuan Yang Mengaku Dosa: Di Tengah Kesukaran

Ses.Doa Mohon Tuntunan Roh Kudus: NNBT No 13 Ya Allah Bapa Ya Yesus Tuhan

Berilah Yang Baik: KJ No. 439 Bila Topan K’ras Melanda Hidupmu

Tembang Tekad: Alangkah Indah Hidup Rukun (irama keroncong)

ATRIBUT :

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang

MTPJ 22 – 28 September

TEMA BULANAN : “Peran Gereja Dalam Menghadirkan Tanda-tanda Kerajaan Allah
 TEMA MINGUAN : Jadilah Teladan

BACAAN ALKITAB : 1 Timotius 4:1-16

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Teladan menurut kamus bahasa Indonesia artinya sesuatu yang patut ditiru. Hal yang baik untuk ditiru diharapkan tampil dari figur pemimpin yang takut akan Tuhan dan memiliki kecerdasan: spiritual, emosional dan intelektual. Menyangkut kedewasaan spriritual, usia bukanlah menjadi ukuran. Ada banyak orang Kristen dipandang dari usia menerima Injil sudah dewasa namun sifat serta sikap masih menunjukkan ke-kanak-kanakan (bnd. Ibrani 5:12,13) sebaliknya ada yang usia muda namun sudah mampu tampil sebagai figur memberi contoh teladan yang baik dan memelihara iman, tutur kata yang santun, giat beribadah, tekun berdoa suka bekerja keras, rajin belajar Firman Tuhan.  Karena itu tema minggu ini adalah “Jadilah Teladan” adalah hal yang mutlak dimiliki oleh setiap pemimpin atau pelayan dalam memimpin maupun melayani seperti yang diteladankan oleh Yesus Kristus.

 

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Surat Rasul Paulus kepada Timotius adalah surat Pastoral yang ditulis sekitar tahun 55-60 M dari Makedonia untuk menghadapi pengajar sesat yang membuat orang bisa murtad mengikuti roh penyesat dan ajaran setan-setan. (Ayat 1) tipu daya, pendusta-pendusta, (ayat 2) larangan: orang kawin, makan makanan yang diciptakan Allah, (ayat 3) ajaran sesat yang berwujud sinkristisme merupakan perpaduan dari unsur gnostik dan unsur-unsur agama Yahudi.

Isi ajaran sesat ini adalah pantangan-pantangan yang berat (agama Yahudi) dan pengetahuan yang tinggi (unsur gnostik) Timotius masih relatif muda belum punya “kuasa” rasuli (1 Timotius 4:12) karena itu Timotius oleh Rasul Paulus memberi jaminan untuk menguatkan bahwa ia sudah dididik (bahasa Yunani Entrepho) yang berarti “diberi makan” dalam soal-soal pokok iman dalam ajaran yang sehat untuk diteruskan kepada jemaat (1 Timotius  4:6) sehingga jemaat Efesus bisa mengandalkan kepemimpinan Timotius sebagai pelayan Yesus Kristus yang baik. Isi ajaran sesat yang ada di Efesus yaitu: melarang orang nikah karena menganggap seks dan nikah sebagai dosa badani (ajaran gnostik), melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah karena dianggap mengandung dosa bendawi (tradisi Yudaisme).

Ajaran ini oleh Paulus disebut ajaran sesat sebagai takhayul dan dongeng yang harus dijauhi  (1 Timotius  4:7a). Takhayul bahasa Yunani “bebolos” artinya cerita-cerita yang tercemar atau kosong. Sedang kata “dongeng” (kata Yunani muthos) artinya cerita-cerita isapan jempol yang bersifat turun-temurun dari para nenek tua. Terhadap takhyul dan dongeng Paulus perintahkan Timotius untuk menjauhi atau menolaknya.

Timotius adalah anak yang lahir dari perkawinan campur Ibu seorang Yahudi bernama Eunike dan ayah seorang Yunani. Neneknya Lois (Kisah Para Rasul 16:1). Timotius bahasa Yunani “Timotheos” artinya memuliakan. Ia sudah mengenal Kitas Suci dari kecil (2 Timotius 3:15). Timotius ditahbiskan sebagai Rasul dan menerima penumpangan tangan dari Rasul Paulus dalam sidang Penatua (1 Timotius 4:14). Pada usia 80 tahun Timotius dilontari dengan batu dan diseret di jalan karena ia berkhotbah menghalangi prosesi penyembahan berhala oleh orang-orang di Efesus.

Menurut Rasul Paulus untuk menjauhkan diri dari takhyul, dongeng nenek-nenek tua, Timotius harus terus melatih diri dengan beribadah (ayat 7). Melatih diri dalam dua hal yang berbeda (ayat 7,8) latihan badan seperti olahraga teratur, makan makanan bergizi agar kebugaran tubuh tetap terjaga namun latihan ini terbatas ketika ada di dunia. Tetapi melatih diri beribadah memiliki manfaat melampui baik untuk kini maupun untuk masa depan (ayat 8). Timotius diperintahkan “memagari” membentengi dirinya dan jemaat dengan ajaran-ajaran yang benar (ayat 6) yaitu rajin beribadah, melayani sesuai dengan karunia (ayat 7, 9, 14). Tetap berjuang dalam kebenaran Allah (ayat 10). Bertekun dalam firman dan pengajaran (ayat 11, 13, 15) dan menjadi teladan (ayat 12)

Tradisi orang Yahudi bahwa seorang yang belum berusia 40 tahun belum layak untuk suatu posisi pemimpin (band. 1 Samuel 17:33). Karena itu Rasul Paulus meminta Timotius untuk tampilkan peran sekalipun masih relatif muda tapi terampil sebagai pemimpin dewasa yang memberi teladan di tengah-tengah pelayanan di Efesus melalui karunia yang ia miliki sehingga tidak di pandang rendah. Pemberitaannya akan didengar sehingga “menyelamatkan” semua orang yang mendengar setiap perkataannya (ayat 16 band 2 Timotius 3:15) juga Timotius diingatkan supaya mengawasi dirinya dan ajarannya.

Makna dan Implikasi Firman
  • Pertumbuhan gereja pada beberapa dekade sekarang ini begitu cepat dengan berbagai aliran karena itu sangat rentan terhadap munculnya ajaran-ajaran yang menyesatkan atau dapat menjadi batu sandungan bagi anggota gereja yang lain. Karena itu nasihat Rasul Paulus kepada Timotius di masa lampau menjadi peringatan bagi gereja. Berbagai doktrin ajaran seperti: Hari Tuhan, baptisan, sabat, makanan, kenikmatan/ hedonistis, kedudukan, jabatan, harta, uang, popularitas bisa menjebak pada pembenaran diri, kelompok bahkan saling menghakimi.
  • Di zaman modern ini masih banyak orang Kristen percaya takhayul seperti tuyul, santet, roh-roh leluhur, cari-cari mimpi, penyembahan berhala, hobatan jampi-jampi sehingga menjadi batu sandungan dalam pelayanan gereja Tuhan. Kita percaya hanya kepada Yesus Kristus orang percaya diselamatkan. Mari kita lakukan Firman Tuhan dengan benar supaya iman bertumbuh, sehat dan kuat sehingga tidak tertipu oleh ajaran-ajaran yang menyesatkan. Yesus Kristus mengajarkan bahwa Dia datang supaya manusia mempunyai hidup dalam segala kelimpahan.
  • Taatilah dirimu dalam beribadah. Data empiris membuktikan kehadiran warga jemaat GMIM dalam beribadah tiap minggu 40-50 %. Marilah terus melatih diri dalam hal ibadah agar jemaat memagari/ membentengi diri dengan Firman Tuhan supaya tidak muda diombang-ambingkan oleh rupa-rupa ajaran yang menyesatkan.
  • Marilah terus melatih diri dengan rajin beribadah, tekun berdoa, giat baca Firman Tuhan, terus bekerja keras, suka mengucap syukur. Karena dengan berbuat demikian, engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
  • Sebagai gereja marilah terus waspada untuk mengawasi anak-anak remaja, pemuda yang tidak saja berkaitan dengan ajaran, tetapi masalah penyakit sosial masyarakat yang ada di depan mata seperti narkoba, seks bebas, LGBT, Materialisme, penggunaan media elektronik, media sosial yang merusak moral, bahaya radiasi akibat berjam-jam dihadapan layar elektronik.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa tugas orang Kristen menghadapi pengajar-pengajar sesat menurut 1 Timotius 4:1-16?
  2. Mengapa warga gereja sangat rentan dipengaruhi oleh ajaran-ajaran kepercayaan takhayul?
  3. Bagaimana melatih, mengajar, membimbing warga gereja agar tidak lalai mempergunakan berbagai karunia Tuhan?

NAS PEMBIMBING : 2 Timotius 2:15-16

 POKOK – POKOK  DOA :

  • Usaha gereja melatih warga jemaat supaya setia dalam beribadah, rajin baca Firman Tuhan, tekun berdoa, giat berkerja keras dan sadar dalam mempersembahkan korban syukur.
  • Pelayan khusus maupun pemimpin jadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Gereja di dunia termasuk GMIM supaya terus menyebarkan api injil ke seluruh dunia.
  • GMIM akan merayakan 85 tahun bersinode.
  • Pemerintah Republik Indonesia, bangsa-bangsa di dunia untuk memelihara perdamaian dunia serta keselamatan lingkungan hidup.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK IV

 NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan: NNBT  No. 5 Sorak-sorailah

Pembukaan: KJ No. 426 Yesus Menginginkan Daku

Pengakuan Dosa: NNBT No. 10 Ya Tuhan Yang Kudus

Berita Pengampunan: NNBT No 26 Tuhan Yesusku, Mutiara Hatiku

Ses Pembacaan Alkitab: KJ No. 54 Tak Kita Menyerahkan

Persembahan: KJ No. 407 Tuhan Kau Gembala Kami

Penutup: KJ.No. 438  Jika Padaku Ditanyakan

 

ATRIBUT :

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang

 

 

MTPJ 15 – 21 September 2019

TEMA BULANAN : “Peran Gereja Dalam Menghadirkan Tanda-tanda Kerajaan Allah
TEMA MINGGUAN : Bangkitlah, Jadilah Terang

BACAAN ALKITAB: Yesaya 60:1-22

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Didera oleh berbagai kepahitan hidup dapat membuat orang kehilangan sukacita, semangat dan motivasi. Hidup terasa hambar, tidak berdaya dan kehilangan daya karya dan juang. Apa yang dilakukan seakan tidak berarti dan bermakna lagi. Inilah situasi keterpurukan yang bila berlangsung dalam waktu yang lama akan mematikan harapan. Tidak ada dari kita yang ingin berada dalam situasi demikian. Hidup dalam ketiadaan harapan akan membuat orang sulit menjadi terang atau berkat bagi orang lain.

Bagi yang terpuruk dibutuhkan topangan, dorongan dan bantuan pihak lain supaya kembali dapat berdiri tegak menghadapi kenyataan di hari ini dan peluang kelepasan di hari esok. Inilah yang harus menjadi kerja pelayanan bersama di tengah berbagai bentuk masalah dan penderitaan yang sedang dihadapi. Secara pribadi, keluarga dan Gereja, kita ditantang menjadi pihak yang memberi semangat dan kekuatan kepada mereka yang masih terbelenggu dengan ketiadaan harapan agar kembali kuat dan mantap menjalani hidup anugerah Tuhan sambil menjadi berkat bagi banyak orang. Sebab itu layaklah kita merenungkan tema: “Bangkitlah, Jadilah Terang!”, sebagai bentuk tanggungjawab hidup beriman yang terus tumbuh dan berkembang di tengah tantangan zaman dewasa ini.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Di tengah bangsa yang nyaris kehilangan harapan karena mengalami masa pembuangan, Yesaya menunjukkan adanya situasi baru yang mengajak umat untuk kembali dari pembuangan, sejalan dengan kebijakan raja Koresh yang membolehkan umat kembali ke Yerusalem. Namun ajakan ini tidak disambut dengan semestinya. Mereka masih diliputi ketakutan membangun hidup di Yerusalem. Untuk itu firman berbicara tentang perintah Tuhan agar Yerusalem bangkit dan menjadi terang (ayat 1-5). Berlawanan dengan bangsa-bangsa lain yang diliputi kegelapan, hanya di Yerusalem terang terbit dan terang itu adalah bentuk penyataan Tuhan sendiri. Di sanalah bangsa-bangsa dan raja-raja akan datang mencari terang itu. Tidak hanya itu, keturunan mereka akan dibawa masuk ke Yerusalem, termasuk harta kekayaan bangsa-bangsa akan dibawa melalui laut. Hal ini mengejutkan dan membawa kegirangan yang besar.

Bangsa-bangsa dengan hasil bumi dan ternaknya, unta-unta muda dari Midian dan Efa, dari Syeba membawa emas dan kemenyan, kambing domba dari Kedar dan Nebayot yang menyediakan domba-domba terbaik untuk ibadah. Menyebut ibadah, mengingatkan hadirnya Bait Suci yang akan menjadi bagian semarak kehidupan beribadah di Yerusalem. Suatu kumpulan besar “seperti awan dan burung merpati” yakni armada kapal yang datang membawa anak-anak bangsa Yehuda serta emas perak milik mereka untuk dipersembahkan kepada Tuhan (ayat 6-9).

Pengalaman pembuangan merupakan bentuk hajaran Tuhan untuk mendidik umat, dan ketika telah menjalaninya, Tuhan mengasihani mereka dan membalikkan segala yang diambil dari mereka. Bangsa-bangsa yang menindas mereka akan menanggung pembangunan tembok Yerusalem dan bait suci di dalamnya. Orang Israel bertindak sebagai iman dan penguasa bangsa asing sebagai orang Lewi-nya. Pelataran Bait Suci ditanami pohon-pohon yang dibawa bersamaan dengan rombongan pembuangan. Juga ditegaskan keadaan baru, para penindas dan keturunannya akan menghormati “kota Tuhan”, “Sion, milik Yang Mahakudus, Allah Israel” (ayat 10-14).

Pengalaman pahit di pembuangan memang mempengaruhi mereka dalam menjalani hidup, tetapi keadaan telah berubah sama sekali. Untuk mengganti keadaan buruk yang membekas dalam ingatan ketika ditindas bangsa-bangsa lain, maka Tuhan akan menggantinya dengan keadaan sebaliknya. Yerusalem diasuh para raja dan inang permaisuri menyusuinya. Segala kekayaan bangsa-bangsa diberikan kepada mereka. Di sinilah Tuhan dikenal sebagai Juruselamat, Penebus, Yang Mahakuasa, Allah Yakub (ayat 15–16). Tuhan juga memberikan material pembangunan berkualitas, serta hidup berkeadilan dan berdamai sejahtera. Kejahatan, kekerasan berlalu, dan mereka menikmati “selamat” serta tak lupa memberi “pujian” kepada Tuhan (ayat 15-18).

Kini Tuhan sendiri yang menjadi terang abadi bagi Yerusalem, melebihi matahari dan bulan yang akan lenyap. Kehadiran Tuhan membawa pengharapan secara ekonomi dan kebangkitan dari keterpurukan. Mereka diberikan tanah sebagai modal membangun hidup dan kekuatan untuk terus berkembang. Ia sendiri “mencangkokkan” mereka sebagai orang benar di masa depan (ayat 19-22).

 

nMakna dan Implikasi Firman

  • Tuhan Allah menghendaki kita bangkit dari kesulitan. Sebisanya kita memang menghindari kesulitan yang, bisa disebabkan oleh diri sendiri atau orang lain. Yang penting sejauh mana kita belajar dari kesusahan serta memberi makna iman pada setiap peristiwa yang kita jalani. Sesudah itu kita harus menatap ke depan, membangun visi kehidupan yang Ia taruhkan dalam tujuan hidup kita. Berlama-lama menengok pada masa lalu yang tidak bisa diubah, sangatlah tidak bijaksana. Saatnya kita bangkit dari kesulitan dan memandang hadirat-Nya yang membawa keselamatan.
  • Tuhan Sumber Pengharapan, Sang Terang. Dengan pengharapan maka kita mampu untuk menjalani hari esok dengan segala tantangan dan peluangnya. Dan alasan terbesar mengapa kita harus memiliki harapan karena Dia-lah Tuhan Sumber pengharapan kita. Allah selalu merancang dan berpikir untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, bukan kecelakaan atau kebinasaan. Di dalam Dia kita berharap, dan pengharapan kita tidak akan sia-sia. Dia juga Tuhan Sang terang yang menerangi dan memberkati alam ciptaan, dunia dan bangsa-bangsa. Karena itu kita harus bangkit menjadi terang dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat.
  • Menjadi Terang di tengah kekinian. Sebagai gereja kita mendorong hadirnya demokrasi dalam berbangsa dan bernegara, membangun semangat diakonal-sosial berpartisipasi dalam pembangunan berwawasan lingkungan, menjaga hasil pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, dan sebagainya), serta membangun perdamaian dengan denominasi/ golongan agama lain demi syalom bersama. Juga sebagai pemimpin dan profesional Kristen yang bekerja di bidang apapun kita bekerja dengan sepenuh hati, melayani dengan baik.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa pendapat saudara menyaksikan keterpukuran orang Yehuda dan berita pengharapan yang Tuhan sediakan bagi mereka tentang Yerusalem menurut Yesaya 60:1-22?
  2. Bagaimana kita sebagai gereja memaknai firman Tuhan: “Bangkitlah, jadilah terang” di tengah pluralitas dan gejolak zaman ini?

 

NAS PEMBIMBING: Matius 5:6

 

POKOK-POKOK DOA:

  • Bagi yang berbeban berat dan hampir kehilangan harapan; sakit berat, orang yang berdukacita
  • Bagi para pemimpin di lembaga pemerintahan dan swasta untuk melayani dan mengayomi, bekerja dengan baik.
  • Bagi pemimpin agama dan gereja dalam rangka mem-bangun solidaritas bagi yang lemah dan terpinggirkan.

 

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK III

 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Nyanyian Masuk: KJ No. 17 Tuhan Allah Hadir

Ses Nas Pembimbing: NNBT No. 27 Ya Tuhan Engkaulah

Pengakuan Dosa: NNBT No. 10 Ya Tuhan Yang Kudus

Berita Anugerah: KJ No. 40 Ajaib Benar Anugerah

Ses Doa Pembacaan Alkitab: KJ No. 50 Sabda-Mu Abadi

Persembahan: NKB No. 199 Sudahkah Yang Terbaik Kuberikan

Nyanyian Penutup: NKB No. 200 Di Jalan Hidup Yang Lebar Sempit

 

ATRIBUT :

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang

MTPJ 8 – 14 September 2019

TEMA BULANAN : “Peran Gereja dalam Menghadirkan Tanda-tanda Kerajaan Allah
TEMA MINGGUAN : Rumah Sorgawi Bagi yang Setia

Bacaan Alkitab: Wahyu 21:9-27

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Allah menghendaki kehidupan kita yang mau setia kepada-Nya untuk menjawab persoalan ataupun pergumulan yang dialami.  Arti kata ”setia” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berpegang teguh pada janji, pendirian patuh atau taat. Dalam Perjanjian Lama kata setia atau kesetiaan menggunakan kata emunah yang artinya kokoh, tidak tergoyahkan, tidak berubah. Sedangkan, dalam Perjanjian Baru menggunakan kata pistos yang berarti dapat dipercaya. Jadi setia/kesetiaan menunjuk pada karakter yang ditunjukan lewat perbuatan.

Di tengah zaman yang semakin berubah, dalam berbagai pergumulan ekonomi, sosial, politik, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, ketidakadilan terhadap sesama, gaya hidup yang mengesampingkan kepentingan bersama, saling menghakimi dan mempersalahkan termasuk  dalam lingkup pelayanan gereja.  Hal seperti itu  membuat hubungan dengan sesama menjadi renggang dan relasi dengan Tuhan dapat terganggu.

Degradasi (kemerosotan) moral inilah yang menjadi pergumulan iman orang percaya, maka kita dipanggil untuk menggumuli bersama dan berperan aktif dalam memberi solusi melalui kesetiaan kita kepada Tuhan. Kesetiaan kepada Tuhan adalah wujud nyata dari iman kita kepada-Nya yang terlihat dari apa yang kita lakukan. Tema minggu ini Rumah Sorgawi Bagi Yang Setia” adalah perenungan yang akan mengantar kita dalam memahami janji Tuhan kepada orang yang setia.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Kata “Wahyu” dalam pasal 1:1 adalah terjemahan dari kata Yunani “apokalypsis” yang artinya penyingkapan. Layaknya sastra apokaliptik pada umumnya, kitab Wahyu memiliki ciri khas di mana Allah berdaulat untuk menyatakan kehendak-Nya di dunia. Tulisan dalam kitab ini mengemukakan maksud menyingkapkan kepastian kemenangan dari Allah.

Gereja perdana mengalami penderitaan dan kesulitan di masa kekuasaan bangsa Roma. Pemerintahan Kaisar Nero (55 M), merupakan periode pertama yang membawa penderitaan bagi orang percaya. Periode berikutnya terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus (95 M), kaisar yang  terkenal karena kejahatan dan ambisinya menjadi sang dominus et Deus, penguasa dan Tuhan. Dengan penderitaan yang semakin berat dan berbagai ancaman dari pemerintah Romawi, iman orang percaya mengalami kemerosotan.

Wahyu 21:9-27 menceritakan tentang Allah membaharui segala sesuatu. Yohanes memberi gambaran akan penglihatannya mengenai kedaulatan Allah, yang akan membaharui keadaan orang-orang percaya yang sedang berada dalam penindasan pemerintah Romawi. Dalam kitab Wahyu, angka 3,7 dan 12 adalah simbol yang mempunyai makna kesempurnaan. Ke-tiga pintu gerbang menunjuk pada terbukanya kesempatan bagi setiap orang untuk masuk dalam Yerusalem baru. Ke-tujuh jemaat yang ada di Asia kecil dan tujuh malaikat dengan tujuh cawan malapetaka adalah gambaran mengenai murka Allah yang akan dinyatakan untuk dunia yang jahat (15:7) dan angka 12 menunjuk pada 12 malaikat, 12 batu dasar, 12 pintu gerbang, 12 mutiara, 12 suku Israel dan 12 rasul.

Yohanes diberi penglihatan mengenai Yerusalem yang baru, tembok-temboknya besar dan penuh dengan kemewahan. Pada zaman Perjanjian Lama karakteristik kota terlihat dari tampilan tembok-temboknya. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa tembok-tembok yang besar dengan segala kemewahannya melambangkan pemeliharaan Allah dan kemuliaan-Nya yang berlaku atas kota suci itu. Ungkapan-ungkapan simbolis ini merupakan suatu jaminan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya di tengah-tengah penindasan dan keserakahan pemerintah Romawi.

Batu-batu permata seperti yaspis, nilam, mira, zamrud, unam, sardis, ratna cempaka, beril, krisolit, krisopras, lazuardi dan batu kecubung adalah gambaran mengenai segala kekayaan yang di miliki oleh Yerusalem baru. Kemuliaan kekayaan Allah ini akan menggantikan situasi penderitaan umat dengan situasi kedamaian di kota kudus, Yerusalem yang turun dari sorga. Esensi dari kota ini adalah kota suci yang dipersiapkan Allah dengan segala kemuliaan-Nya untuk kehidupan orang-orang yang kudus yang memperoleh kemenangan, melebihi kemewahan dan kekayaan yang ada di dunia.

Bait Suci yang merupakan tanda kehadiran Allah di zaman Perjanjian Lama, juga terlihat pada penglihatan Yohanes, yang menggambarkan relasi kudus dan mulia antara Allah dan Kristus Yesus yang adalah Anak Domba“… sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya”.  Allah hadir bukan lagi dengan tanda Bait Suci yang berbentuk, tapi Allah sendiri berdiam bersama dengan manusia. Bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahaya-Nya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan kepada-Nya. Tetapi sesuatu yang najis, orang yang melakukan kekejian atau dusta tidak akan masuk ke dalamnya, selain yang namanya tercatat dalam kitab kehidupan. Kitab kehidupan adalah sebuah kitab dalam kepercayaan Yudaisme dan Kristen di mana Allah mencatat nama setiap orang yang ditentukan untuk menjadi warga Kerajaan Allah (Yerusalem yang baru). Kitab Kehidupan adalah juga jaminan dari kemahakuasaan Allah terhadap orang-orang percaya. Suatu janji Tuhan kepada orang-orang percaya yang tetap setia dalam menghadapi penderitaan dan tekanan-tekanan dari pemerintah Romawi. Kesetiaan kepada Tuhan akan membawa mereka ke dalam kenyamanan hidup di rumah sorgawi.

Makna dan Implikasi Firman

Menjadi warga Kerajaan Allah dan mengalami kemuliaan-Nya adalah janji Tuhan kepada orang percaya, sebab kemuliaan Allah menunjuk pada relasi yang dekat di antara orang percaya dengan Allah sendiri.

Gereja sebagai persekutuan orang percaya harus menyadari bahwa kehadirannya adalah gambaran kemuliaan Allah. Gereja harus mampu mengemban tugas menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah dengan setia. Gereja harus menyadari bahwa kehadirannya tidak hanya  dalam keadaan dunia yang sedang bergumul dengan masalah sosial maupun masalah persekutuan umat dengan Allah,  tetapi  juga dengan pergumulan gereja itu sendiri. Oleh sebab itu, gereja harus berusaha menemukan jati diri dan identitasnya.

Kerajaan Allah dihadirkan oleh Kristus dan peran gereja bukan untuk menghadirkan Kerajaan Allah melainkan menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah. Untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah, maka gereja harus menyadari hakekat dan fungsinya. Setia bersekutu, setia bersaksi, dan setia melayani menjadi dasar hakekat dan fungsi gereja untuk dijabarkan dalam kehidupan berjemaat. Kesetiaan gereja dalam tugas panggilannya membawa umat hidup di dalam kemuliaan Tuhan.

 

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:

  1. Apa makna “Yerusalem yang baru” dalam Wahyu 21:9-27?
  2. Bagaimana peran gereja dalam menghadirkan kemuliaan sorgawi?
  3. Berikan contoh bentuk-bentuk kesetiaan kepada Tuhan Yesus dalam pelayanan gereja?

 

POKOK-POKOK DOA

  • Gereja hadir di dunia sesuai dengan hakekat dan fungsinya.
  • Gereja mampu memberi jawaban terhadap persoalan-persoalan yang sedang dihadapi, baik persoalan sosial, maupun persoalan yang terjadi dalam gereja itu sendiri.
  • Para Pelayan Khusus dan jemaat diberi kemampuan untuk menjaga dan memelihara eksistensi bergereja dengan setia.

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN

HARI MINGGU BENTUK II.

 NYANYIAN YANG DIUSULKAN

Kemuliaan Bagi Allah:KJ No. 266 Ada Kota Yang Indah Cerah

Ses Doa Penyembahan: KJ No. 268 ’Aku Tahu Satu Kota’

Ses Pengakuan Dosa: NKB No. 19  Dalam Lautan yang Kelam

Janji Anugerah Allah : NKB No. 34  Setia-Mu Tuhanku

Puji-pujian: KJ No.  293  Puji Yesus

Ses Pemb Alkitab : O, Yerusalem Kota Mulia

Persembahan :KJ No. 269  Hai Musafir Mau Kemana

Nyanyian Penutup: Kerajaan Allah

 

ATRIBUT

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang

 

 

 

 

RHK Jumat, 6 September 2019

Memberi Persembahan dengan Rasa Syukur

Ezra 8:24-27

Hampir dalam setiap pertemuan ibadah atau kebaktian, kita mengumpulkan persembahan mulai dari  anak-anak sekolah minggu dan remaja pemuda sampai Lansia  sebagai  respon atau jawaban orang beriman terhadap hasil dan berkat Allah yang begitu besar kepadanya. Persembahan bukanlah upeti yang dituntut Allah namun ucapan syukur manusia yang menerima berkat Allah.

Bacaan Firman Tuhan hari ini,  diingatkan kepada orang-orang yang ada dipembuangan di Babel dimana  ruang gerak mereka selalu diawasi, namun mereka dengan sukacita memberi persembahan untuk penyelenggaraan ibadah di bait Allah bersama Raja Persia dan stafnya. Situasi dan kondisi mereka tidak menghalangi kerelaan mereka dalam memberi persembahan. Ezra memilih dua belas imam untuk melakukan penimbangan: perak dengan enam ratus lima puluh tatenta, emas seratus tatenta dan seribu dirham dan dua buah perlengkapan tembaga murni sebagai bentuk persembahan khusus di rumah Tuhan. Hal ini dimaksudkan supaya ada persediaan persembahan bagi Tuhan. Hal persembahan tidak ada yang sama dengan bentuk persembahan yang kita berikan walaupun ada yang langsung diterapkan seperti persembahan persepuluhan.

Sebagai keluarga Kristen kita memberi persembahan  karena Tuhan sudah lebih dulu memberi anugerah keselamatan kepada kita (Yoh. 3:16). Persembahan kita merupakan pernyataan kasih dan syukur kita secara pribadi kepada Tuhan,  melalui persembahan kita memuliakan nama Tuhan (Mzm. 50:23a), dengan persembahan kita dapat menjadi penyalur kasih Tuhan kepada sesama manusia (Yoh. 3:17). Jadi memberi persembahan adalah respons orang beriman sebagai tanda syukur atas  berkat Allah yang begitu besar kepada kita. Berkat yang kita terima adalah pemberian Tuhan, karena itu sebagian kita persembahkan dalam bentuk persembahan syukur HUT pribadi, naik  pangkat, sukses  dalam pendidikan dan lain-lain sebagainya. Muliakan Tuhan dengan hartamu. Amin.

Doa: Tuhan tolonglah kami untuk memiliki hati yang tulus dan motivasi yang murni dalam memberikan persembahan kepada Tuhan dan dipergunakan dalam pelayanan gereja-Mu. Amin.